Banyak yang merasa kesulitan ketika belajar menggambar, merasa pusing, kesal salah dan sebagainya. Lalu menyalahkan bakat yang tidak terlihat, owh, jadi menyalahkan sang pencipta. Merasa bahwa bakat adalah segalanya dan Tuhan tidak adil karena memberi karunia dengan tidak lengkap.
Kemudian ketakjuban datang saat melihat lukisan, mural, drawing yang begitu memukau. Hati berdecak kagum dan rasanya ingin belajar mengambar seperti seniman-seniman tenar kelas dunia. Kenapa bisa? Bukan masalah gambarnya yang bagus tapi ternyata gambar itu juga berharga bagus. Bahkan saudara saya bisa dengan mudah mendapat rupiah hanya dengan sehelai kanvas yang dicorat coret sebentar lalu selularnya berdering tanda lukisannya sudah terjual, padahal catnya belum kering, puluhan juta bisa langsung masuk saku.
Baiklah mari kita bahas pengalaman saya belajar menggambar. Saya yakin semua orang suka melihat gambar, apapun gambarnya terlebih memang gambar itu memiliki daya tarik yang menusuk mata. Lebih jauh manusia memang suka larak-lirik, melihat-lihat bahkan pergi ke mall hanya untuk cuci mata. (hendaknya jika ingin mencuci mata, basuhlah dengan air itu lebih utama, ga usah ke mall cape…heheheh).
Kebanyakan orang belajar gambar ketika menemukan kesulitan langsung putus asa, merasa gagal, tidak percaya diri, dan malas memulainya lagi. Nah, pertanyaanya, memang kalo gambar itu jelek, sudah berapa lama belajar gambarnya? Karena jika baru mulai menggambar lalu jelek, yah, wajar, toh. Kan belajarnya saja baru mulai. Coba lihat bayi yang baru belajar berjalan mesti di awalnya bayi itu akan mengalami jatuh terus dan setelah besar tidak hanya pandai berjalan tapi bisa makan sendiri dan tidak nyasar masuk hidung.
Gambar yang menarik itu gambar bagus dan tidak menarik itu gambar jelek. Ungkapan ini sering melemahkan dan menurunkan mental para pelajar ketika hasil tarikan garisnya tidak persis dengan model atau contoh. Padahal dalam gambar manual terpenting itu bukan masalah mirip dan tidak mirip (realis) seperti hasil foto, tetapi dalam proses menggambar itu lebih utama proporsi gambar. Jika memang hasilnya realis seperti foto, yah, itu adalah bonus karena hasil proses menggambar yang sering diulang. Tidak mungkin baru mulai menggambar hasilnya langsung seperti foto. So, tidak usah kecewa kalo baru pertama belajar menggambar dan hasilnya tidak terpuji.
Lebih jauh lagi perkembangan dalam menilai gambar saat ini sudah bukan lagi mirip atau tidak, tetapi pergerakan nilai gambar atau lukisan ( seni rupa ) sudah melampaui batasan-batasan itu. Pada saatnya nanti belajar berkarya akan berhadapan dengan keinginan seniman memilih gaya-gaya atau aliran seni rupa, bobot komunikasi atau pesan pada konteks objek, dan segudang tujuan dari seniman.
Apa ajaibnya?Saya sarankan buatlah 1000 gambar yang kau dan orang-orang itu anggap “jelek”. Kemudian pamerkan dalam sebuah galeri, saya membayangkan itu akan menjadi keunikan tersendiri sangat menggebyar, cetar membahana. Bagaimana bisa ada orang yang menghasilkan 1000 karya dan masih dianggap jelek. Tentu “kejelekan” akan berbalik menjadi “keindahan” yang berjejer. Maka selamatlah wahai anak muda! Kamu sudah memiliki 1000 karya yang tidak dimiliki oleh orang yang mengatakan karya kamu itu jelek.
selamat berkarya
Kemudian ketakjuban datang saat melihat lukisan, mural, drawing yang begitu memukau. Hati berdecak kagum dan rasanya ingin belajar mengambar seperti seniman-seniman tenar kelas dunia. Kenapa bisa? Bukan masalah gambarnya yang bagus tapi ternyata gambar itu juga berharga bagus. Bahkan saudara saya bisa dengan mudah mendapat rupiah hanya dengan sehelai kanvas yang dicorat coret sebentar lalu selularnya berdering tanda lukisannya sudah terjual, padahal catnya belum kering, puluhan juta bisa langsung masuk saku.
Baiklah mari kita bahas pengalaman saya belajar menggambar. Saya yakin semua orang suka melihat gambar, apapun gambarnya terlebih memang gambar itu memiliki daya tarik yang menusuk mata. Lebih jauh manusia memang suka larak-lirik, melihat-lihat bahkan pergi ke mall hanya untuk cuci mata. (hendaknya jika ingin mencuci mata, basuhlah dengan air itu lebih utama, ga usah ke mall cape…heheheh).
Menggambar Itu Mudah
Saya pernah kuliah jurusan DKV UNIKOM, dan belajar teori menggambar (manual) pada semester 1 sampai 2. Proses itu saya nikmati betul, dan selalu merasa yakin bisa, dan di benak saya selalu simpan kata mudah untuk menggabar. Alhasil sugesti kata “mudah” memang ajaib, saya selalu mendapatkan nilai tinggi (bukan sombong, yah, heheh). Para motivator MLM pasti selalu menggunakan kata “mudah” untuk menyemangati downlinenya supaya suskses, kemudian kita juga berhak mengaambil cara suskses MLM “mudah” untuk sukses belajar menggambar.Kebanyakan orang belajar gambar ketika menemukan kesulitan langsung putus asa, merasa gagal, tidak percaya diri, dan malas memulainya lagi. Nah, pertanyaanya, memang kalo gambar itu jelek, sudah berapa lama belajar gambarnya? Karena jika baru mulai menggambar lalu jelek, yah, wajar, toh. Kan belajarnya saja baru mulai. Coba lihat bayi yang baru belajar berjalan mesti di awalnya bayi itu akan mengalami jatuh terus dan setelah besar tidak hanya pandai berjalan tapi bisa makan sendiri dan tidak nyasar masuk hidung.
Gambar Jelek VS Gambar Bagus
Gambar yang menarik itu gambar bagus dan tidak menarik itu gambar jelek. Ungkapan ini sering melemahkan dan menurunkan mental para pelajar ketika hasil tarikan garisnya tidak persis dengan model atau contoh. Padahal dalam gambar manual terpenting itu bukan masalah mirip dan tidak mirip (realis) seperti hasil foto, tetapi dalam proses menggambar itu lebih utama proporsi gambar. Jika memang hasilnya realis seperti foto, yah, itu adalah bonus karena hasil proses menggambar yang sering diulang. Tidak mungkin baru mulai menggambar hasilnya langsung seperti foto. So, tidak usah kecewa kalo baru pertama belajar menggambar dan hasilnya tidak terpuji.
Lebih jauh lagi perkembangan dalam menilai gambar saat ini sudah bukan lagi mirip atau tidak, tetapi pergerakan nilai gambar atau lukisan ( seni rupa ) sudah melampaui batasan-batasan itu. Pada saatnya nanti belajar berkarya akan berhadapan dengan keinginan seniman memilih gaya-gaya atau aliran seni rupa, bobot komunikasi atau pesan pada konteks objek, dan segudang tujuan dari seniman.
Seandainya setelah belajar menggambar sampai 5 tahun tapi hasilnya tetap jelek bagaimana?
Wah, ini sangat keterlaluan, mengejek Tuhan ini namanya. Begini, nak! Pertama Kalo gambar yang kamu buat tetep dipandang jelek oleh kamu, yah, itu sepertinya hanya kurang percaya diri yang berlebihan, melebihi jeleknya hasil karya. Coba minta pendapat orang lain apakah betul gambar yang sudah dibuat itu jelek. Dan kalo memang orang lain itu juga sepakat dengan pendapatmu, maka coba cari orang lain lagi yang lebih jujur, mungkin temanmu itu orangnya munafik, gak mau jujur. Jika ratusan orang telah kamu mintai pendapat dan hasilnya tetep sama dengan pendapat kamu, wah, ini justru keajaiban mulai menghampirimu wahai pelajar gambar yang sudah 5 tahun sekolah.Apa ajaibnya?Saya sarankan buatlah 1000 gambar yang kau dan orang-orang itu anggap “jelek”. Kemudian pamerkan dalam sebuah galeri, saya membayangkan itu akan menjadi keunikan tersendiri sangat menggebyar, cetar membahana. Bagaimana bisa ada orang yang menghasilkan 1000 karya dan masih dianggap jelek. Tentu “kejelekan” akan berbalik menjadi “keindahan” yang berjejer. Maka selamatlah wahai anak muda! Kamu sudah memiliki 1000 karya yang tidak dimiliki oleh orang yang mengatakan karya kamu itu jelek.
Kemauan Yang Kuat.
Jika ingin berhasil dalam menggambar tanamkan lah kemauan kuat (niat) , ikuti terus proses-prosesnya, lalu menjaga konsisten, dan rangkuman dari itu semua terbingkai dalam sabar. Semua alur itu adalah do'a keberhasilan ayng akan di dengar sangpencipta untuk menurunkan karunia bakat yang dulu diminta.selamat berkarya
DUUUUUHHHHH INSPIRATIF BANGET!
ReplyDeleteMakasih banyak tulisannya sangat sangat inspiratif mas ^^ ijin share ya
Okey siap. Semangat 😂
DeleteSalam kenal Mas, suka sekali baca tulisan ini. Jadi pengen latihan gambar lagi. Ijin capture pas bagian akhir, ya.. supaya bisa jadi pengingat.
ReplyDeleteTerima kasih :)
oke Waya Komala salam kenal juga. Semoga tulisan ini bisa memberi manfaat, silahkan capture atau apapun. semangat..!
Delete